Langsung ke konten utama

Infinix Note 2, Baymax Versi Infinix

Ada perasaan risih tiap kali diminta untuk presentasi desain lalu klien mengeluh “aduh mas, sebentar ya saya pakai kacamata dulu, ndak keliatan kalau lihat layar (5 inci) segitu”. Tapi ya tetap malas juga bawa notebook atau tablet ke mana-mana. Dan di saat itulah muncul alternatif yang dapat diterima dan diiyakan oleh otak: mencari phablet (smartphone tablet hybrid) yang punya layar besar, mumpuni, dan ndak mahal-mahal banget. Memang ada? Sulit, hingga akhirnya saya menemukan Infinix Note 2 dengan harga Rp. 1,9 juta di ujung lelah patah hati. Lalu apakah phablet yang diproduksi vendor asal Hongkong dengan kode X600 ini sudah mumpuni? Hmm, kuy lah saya review saja dulu…

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM

PAKET PEMBELIAN
Berwarna keemasan ditambah adanya garis metalik yang membentuk layout Infinix Note 2 membuat penampakan box-nya terlihat mewah namun tetap sederhana. Isi di dalam box-nya pun cukup sederhana, hanya terdiri dari: kepala charger warna putih dengan output  2 ampere, kabel data pipih berwarna putih dengan panjang sekitar 1 meteran, buku panduan penggunaan, kartu garansi, dan tentunya si device-nya sendiri. Sudah itu saja. Ndak ditemukan adanya earphone ataupun aksesoris-aksesoris lainnya. Oiya fyi ketika melihat kartu garansinya, ternyata garansi resmi Infinix Indo telah dioper ke M-Care dari yang sebelumnya oleh Bintang Cemerlang. Lebih bagus atau ndak, saya belum pernah ngetes kinerja after sales-nya sih, mending jangan sampai deh, naudzubillah.

DESAIN
Kesan pertama kali memegang phablet yang memiliki dimensi bodi 159,5 x 82,5 x 9,3 mm ini memang bongsor, agak tebal, dan lumayan berat. Bobotnya 194 gram, sendaknya lebih ringan dari 20 batang ChokiChoki, 4 bungkus Indomie, atau beban hidup pemiliknya ini. Kalau suruh nilai apa enak dioperasikan dengan 1 tangan dan nyaman pas dikantongin ke celana atau ndak sih relatif ya, buat saya yang tangannya kecil terpaksa harus terbiasa menggunakan 2 tangan (kalau 1 tangan kadang sering pegel) dan masih nyaman dikantongin ke celana kok. Desainnya yang mengusung semi non-unibody cenderung biasa saja dan masih menggunakan material full plastik. Corak guratan brush metal seperti cakar tajam menusuk meninggalkan bekas tipis di cover belakang dan pilihan warna (dark grey, sliver, dan gold) yang kemetal-metalan untungnya dapat banyak mengangkat derajat kegantengan pada tampilan bodinya. Belum lagi pada bagian depannya yang dibuat seolah-olah tanpa bezel, beuh otomatis derajat kegantengannya nambah lagi. Screen to body ratio-nya juga mencapai 75% loh. Meski masih menggunakan material full plastik, build quality phablet ini sangat bagus, rapi, dan kokoh. Well made lah. Terbukti dengan ndak adanya bagian yang ringkih kriuk-kriuk dan ndak adanya cat yang gampang terkelupas di sisi manapun.
Untuk penempatan tombol power dan volume yang berada di bagian kanan posisinya sangat pas, diletakkan agak ke bawah sehingga mudah dijangkau oleh jari tangan, namun tombol powernya terasa keras. Di bagian atas terdapat lubang audio jack 3.5 mm. Beralih ke bagian bawah terdapat lubang microUSB untuk ngecharge dan lubang microphone. Di bagian belakang terdapat kamera utama, LED flash, logo tulisan Infinix yang dibalut chrome, lubang speaker, dan juga ada tulisan NOTE. Posisi kameranya ndak banget, agak menjorok ke luar, ya meski sudah sedikit terlindungi list chrome di sekelilingnya tetap saja rawan kegencet. Di bagian depan phablet ini terdapat notifikasi LED yang nyalanya redup sampai nyaris ndak terlihat, kamera depan, proximity sensor, dan layar yang besarnya hampir 6 inci. Ndak ada tombol fisik home-back-menu karena fungsinya sudah ganti disematkan ke dalam layarnya.

LAYAR
Ukuran layar pada Infinix Note 2 yang mencapai 6,98 inchi menjadi salah satu pembeda dari kompetitornya. Layarnya sudah dilengkapi dengan teknologi perlindungan AGC Dragontrail X Glass dan teknologi panel IPS (In Plane Switching) 16 juta warna. Layar touchscreen-nya responsif, mendukung multitouch hingga 5 titik sentuhan sekaligus. Layarnya yang mencapai 6,98 inchi hanya beresolusi HD 1280 x 720 piksel, imbasnya kerapatan pikselnya rendah, hanya 245 ppi. Lah jelek dong? Ndak juga, hasil optimalisasi yang dibantu dengan fitur MiraVision membuat mata saya sendiri lebih gampang melihat semut di seberang lautan daripada titik-titik pikselnya. Layarnya masih cukup jelas, detail, dan warnanya tetap tajam. Visibilitas layarnya di bawah terik matahari juga masih terlihat oke, hanya saja permukaan layar dengan permukaan kaca terluarnya kurang terlihat seolah-olah menempel. Secara keseluruhan, meski ndak terlalu istimewa, saya sudah puas dengan kualitas layarnya: sudah lapang, sudut pandangnya luas, responsif, adem, dan masih nyaman dilihat.

SISTEM OPERASI
User interface Infinix Note 2 menggunakan XUI yang berbasis pada Android. Saat pertama kali dinyalakan XUI-nya masih berada di versi 1.N.0.0 yang berbasis pada Android Lollipop 5.1. Kagetnya, baru pertama kali dinyalakan XUI-nya sudah ada update baru. Senang sih, ini membuktikan Infinix peduli dengan produk keluarannya dan mau untuk terus berbenah. Hingga saat ini, terakhir Infinix (katanya) sudah menggulirkan update XUI-nya dengan versi 1.N.3.0 yang sudah berbasis pada Android Marshmalow 6.0, anjay. Kesan saya ketika menggunakan XUI ini sangat user friendly, enteng dan smooth karena memang ndak mengumbar animasi dan fitur berlebih yang ndak perlu, masih terasa Android stock-nya karena kustomisasinya memang dibuat minimalis, simpel tapi ndak bosenin, minim bloatware yang bisa dihapus, dan irit RAM. Di saat idle setelah booting, RAM yang tersisa masih sangat lega di kisaran 1,3 GB, dan di saat menjalankan beberapa aplikasi  (pengalaman pernah sampai 20an aplikasi yang terbuka) masih mentok sisa 800 MB. Tapi memori internal yang terpakai untuk XUI-nya kok lumayan banyak ya, hanya menyisakan 9,54 GB dari 16 GB kapasitas memori internalnya. Tapi ndak apa sih, toh kalau kurang masih ada slot memori eksternal yang bisa dipasangi MicroSD hingga 32 GB dan asiknya beberapa aplikasinya bisa dipindahkan juga ke memori eksternal.
Fitur yang saya suka dari XUI adalah System Manager-nya yang bisa mengoptimalisasi RAM dan memorinya. Sedangkan fitur yang paling krusial untuk phablet ini adalah adanya double tap to wake and sleep karena fitur ini sungguh dibutuhkan untuk sendaknya menggantikan sebagian fungsi tombol power-nya yang keras itu. XUI sebenarnya juga ada fitur One Hand Operation Mode, tapi ndak pernah saya gunakan, ndak suka saja kalau melihat tampilan layar yang ndak full. Fitur-fitur lainnya yang juga ada di dalam XUI di antaranya ada Quick Do, Magazine Locksreen, Font Manager, HotKnot, Ultra Power Saving, dan Recording Screen. Dari berbagai kustomisasi yang sudah disematkan, hanya 1 yang sepertinya ketinggalan, yang membuat sedikit ndak nyaman, yaitu untuk melihat notifaksi pada toogle masih harus stretching jempol dari atas layar, ndak bisa dari tengah-tengah layar, pegel.

PERFORMA DAPUR PACU
Menggunakan prosesor kelas mid-range bukan berarti performa Infinix Note 2 ecek-ecek. Toh harga phablet ini sendiri kan termasuk entry budget. Toh Mediatek MT6753 yang ditanamkan di dalam phablet ini sudah mampu berjalan di sistem 64 bit, menggunakan 8 buah inti core, dan berbasis ARM Cortex-A53 dengan kecepatan 1,3 GHz. RAM-nya sebesar 2 GB juga. Alhasil ketika dites via Antutu Benchmark memiliki skor cukup tinggi di kisaran 38 ribuan. Dengan sokongan grafis Mali-T720MP3-nya juga, bermain game HD yang pernah saya coba seperti Asphalt 8, FIFA16, GTA San Andreas, Dead Trigger, Modern Combat, dan Vainglory dapat lancar dimainkan tanpa lag pada setingan tinggi dan meski dalam durasi yang lama. Pada saat membuka banyak aplikasi secara bersamaan (pengalaman pernah sampai 20an aplikasi yang terbuka) pun saya ndak pernah menjumpai yang namanya lag maupun force close. Hawa di sekujur bodi dari phablet ini juga ndak gampang terasa panas. Peningkatan panas yang signifikan hanya akan terasa dalam kondisi phablet sedang dicharge.

BATERAI
Meski cover belakangnya dapat dibuka ternyata baterai Infinix Note 2 menggunakan baterai tanam alias ndak bisa dicopot. Baterai menjadi salah keunggulan di phablet ini karena memiliki daya hingga 4040mAh dan sebentar simak saja dulu. Baterai 4040mAh-nya yang berjenis lithium polymer ini berdasarkan pengalaman saya dengan pemakaian normal (menjalankan media sosial, browsing, dan sesekali ngegame) rata-rata mampu bertahan antara 23 hingga 25 jam dengan rata-rata screen on time antara 6 hingga 8 jam. Mantap. Pengisian daya baterainya juga menggunakan fast charging yang cepatnya masyaAllah. Berdasarkan pengalaman saya dari 5% hingga mencapai full 100% untuk baterainya yang berkapasitas 4040mAh ini rata-rata hanya membutuhkan waktu sekitar 80 hingga 90 menitan. Mantap pindo. Tapi ndak cukup di situ saja. Dengan kabel OTG dan kabel USB, daya baterainya juga bisa difungsikan sebagai powerbank untuk gadget lain. Oiya hampir lupa, ada opsional optimalisasi baterainya juga dari user interface-nya. Tepuk tangan.

KONEKTIVITAS
Konektivitas yang dimiliki Infinix Note 2 sudah tergolong sangat lengkap: Wi-Fi 802.11 b/g/n, Bluetooth v4.0, GPS, FM Radio, microUSB 2.0 yang sudah support USB OTG (On The Go), dan dual micro SIM Card yang sudah mendukung 4G LTE di SIM 1 dan 3G di SIM 2. LTE band-nya berada di frekuensi 850,900, 1800, dan 2100 mHz alias itu artinya mendukung hampir semua jaringan provider di Indonesia, termasuk Smartfren. Minornya hanya masih belum dilengkapi IR Blaster, ndak terlalu dipermasalahkan sihss, toh saya sangat jarang nonton tv atau mencet-mencet remote juga, mending mencetin yang lain kan.

SENSOR
Infinix sepertinya terpaksa melakukan beberapa kebhakilan pada kelengkapan sensor di phablet ini. Hanyalah sensor cahaya, sensor suara, proximity, dan accelerometer saja. Ndak terdeteksi adanya ada sensor magnetik dan gyroscope. Ndak terlalu mengefek ke performa sih, palingan kudu ikhlas ndak bisa nonton video 360 virtual reality atau mainin game yang perlu orientasi gerak sejenis Minion Rush serta ndak bisa dipakai nyari kiblat pas bepergian ke tempat asing.

KAMERA
Kamera utamanya yang sudah dilengkapi sensor S5K3M2 ISOCELL dari Samsung dengan bukaan lensa f/2.0 dan 5 lapisan elemen lensa ini termasuk baik untuk ukuran 13 megapiksel, sangat bisa diandalkan. Sudah dilengkapi PDAF (Phase Detection Autofocus) yang bikin pengambilan fokus terasa lebih cepat dari kedipan 1 mata Melody JKT48 di video klip Heavy Rotation. Shutter speed-nya cepat dan dapat melakukan burst mode sampai 40 kali pengambilan foto dalam sekali tahan. Tampilan antar muka pada software kameranya simpel banget, hanya ada mode standar seperti Beauty, Panorama, Night Mode, HDR, dan PIP. Ndak ada Manual Mode dan Time Lapse. Sedangkan fitur-fitur di dalam software kameranya sudah cukup lengkap yaitu ada slow motion (meski resolusinya bakal ngedrop ke 640x480), mirror, touch capture, voice capture, delay capture, gesture shot, dan smile shot.
Dalam kondisi cukup cahaya hasil fotonya tajam, detailnya oke, saturasinya oke, dan warnanya terlihat natural. Terlebih dengan mode HDR-nya. Tetapi ketika dihadapkan dalam kondisi kurang cahaya akan membuat kemampuan fokusnya jadi melambat, detailnya menurun, dan hasilnya dipaksa terang dari yang seharusnya sehingga noise-nya meningkat bertebaran di mana-mana. Untungnya penggunakan LED flash sangat bisa membantu di kondisi kurang cahaya seperti itu. Mungkin ke depannya Infinix bisa memperbaiki lagi software kamera pada XUI-nya, ini menilik vendor sebelah yang menggunakan hardware kamera sama hasilnya bisa lebih ciamik, eman loh ya. Untuk pengambilan video sudah bisa berkualitas HD 1080p meski hasilnya yaaa biasa saja.
Beralih ke kamera depannya, hanya memiliki resolusi 2 megapiksel, bukaan lensa f/2.2, dan tanpa dilengkapi LED flash. Ndak bisa terlalu banyak diharapkan. Kalau hanya digunakan untuk sekedar ngaca (ya, anak kekinian mah kelakuannya kadang begini) dan video call-an saja rasanya ya cukup kok. Masih bagus kok.


KUALITAS AUDIO
Kualitas audioyang dikeluarkan oleh speaker Infinix Note 2 ndak ada yang istimewa. Suaranya cukup jelas dan lantang, asal volume-nya jangan terlalu difullkan karena suaranya bakal pecah. Adanya setting equalizer di software pemutar musiknya sedikit membantu memanipulasi. Untuk kualitas audio dari lubang audio jack 3.5 mm saya belum bisa banyak menilai, karena ketika saya coba pakai Mi Hybrid suaranya beda dengan Mi Hybrid yang saya pasang di smartphone Xiaomi sendiri, mungkin ini hanya masalah personalisasi saja.

KSEIMPULAN
Infinix Note 2 memiliki spesialiasi khusus yang memadukan ukuran layar hampir 6 inci dengan kapasitas baterai besar yang ndak dipunyai phablet ataupun smartphone lainnya di kisaran harga di bawah Rp 2 juta. Infinix sangat cerdik di sini. Jadi target pasarnya pun jelas, untuk user yang mencari kebahagiaan di dalam aktivitas multimedia, terutama game. Ibarat kalau Walt Disney punya yang namanya Baymax, maka Baymax-nya Infinix itu ya Infinix Note 2 ini, mampu memberikan kebahagiaan untuk user dan menjadi sumber energi untuk menyelamatkan gadget lain yang sedang low bat.

NB: Tulisan ini pernah menjadi Pemenang Pertama Kontes #ReviewDuluYuk Pricebook ID

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thank's Ya Nyit :)

(*backsound: Kerispatih – Kenangan Yang Tertinggal ) Hipotesa awal mengatakan yang namanya masa-masa jatuh cinta itu selalu sangat menyenangkan, pas ke toilet aja serasa lagi di taman bunga, pas ke taman bunga serasa ke toilet ( maklum belum boker 7 hari ), terutama pas masa-masa pedekate meski kita masih ndak tau sendiri apa target yang dijatuhcintai itu juga sama ngerasa demikian. Apa aja deh, bakal dilakukan, jalan ngesot sampai gempor pun bakal dibelain. Saya sendiri memang lagi males juga urusan cinta-cintaan gini lagi, yah karena masih ndak lama juga saya kemarin-kemarin putus ( eh pas itu belum deng, tapi anggap saja “uda ndak bisa dipertahankan lagi” , atau mungkin ini memang gambling terbesar ) gara-gara diskomitmen dari pihak ceweknya. Entah pada situasi-situasi begini saya malah serasa lebih mirip bocah SMP labil yang ndak bisa berpikir jernih mana yang baik mana yang ndak, atau filosofi yang ekstrim ndak bisa membedakan mana e’ek mana e

VIVA JKT48: Menitipkan JKT48 Ke Sineas

Terlalu retoris menanyakan apa saya bakal nonton VIVA JKT48 meski lagi memutuskan ndak JKT48an dulu. Ya terpaksa dengan senang hati bisa JKT48an lagi. Terpaksa karena harus menepati janji untuk memberikan review film perdana group 3 huruf 2 angka ini yang direquest salah seorang teman. Teman yang masih menganggap saya sebagai salah satu barisan Ruhut Sitompul-nya dedek-dedek urban group itu, entah apa yang diharapkan dari review ini. Cast Pemain utama yang dipilih tetap member pilihan versi JKT48 Operation Team (manajemen idol group ini) seperti biasanya, kecuali Rona Anggreani, etapi Rona dulu pernah sempat jadi member pilihan versi JOT juga deng sebelum negara api menyerang. Lebih kecewanya lagi kok masih ae kerasa Melody-sentris, arep diapakne maneh mas lah wong dia memang centernya yang abadi berjuta tahun cahaya teruslah engkau bersinar. Saking terlalu pragmatisnya dengan formasi member yang masih itu-itu saja, penemu pemikiran pragmatis William James pun bisa minder neh. Dari 8 m

Sahur Terakhir di Kost

Whoaaah, masih ngantuk juga, padahal udah beli nasi di warung depan buat sahur. Hmm sahur kali ini, cuma 'mampu' beli nasi, dadar jagung, sama krupuk yang semuanya kalau ditotal cuma abis 2500 perak doang!!! Hha maklum, isi dompet udah ndak ada lagi, ada seh tapi buat ongkos balik ke Probolinggo, kalau saya buat beli makan ntar pulang pakai apa dong??? Kalau harus jalan kaki, wuih sakti banget mah sayanya, tapi sadar ilmu saya masih cethek buat jalan kaki Malang - Probolinggo, 110km-an. Saya pandangin menu sahur saya, gilo emang nelongso puol, mengenaskan. Mengenaskan, padahal baru beberapa jam yang lalu masih bisa maknyusnya ayam Kaepci pas abis nonton Laskar Pelangi bareng Shas. Yeah, tapi masih beruntung lah saya masih punya stock susu Indomilk Coklat 1000ml. Saya habiskan saja dah, daripada ntar mubazir basi ditinggalin di kamar. Cukup mengenaskan memang untuk menutup sahur saya yang terakhir kalinya di kost, di Malang, untuk Ramadhan 1429 ini. Saya memang berencana nt